Malam sisa sepertiga,
Jari-jari yang mulai renta tengah menengadah,
Tersebut nama-nama yang aku sering dengar,
Pun namaku,
Tertutur lirih, nyaris tak aku dengar,
Bercampur isak dan penggal doa yang panjang
Lafal-lafal ketulusan
Ayat-ayat keikhlasan
Malam hampir tak bersisa,
Jari-jari menutup matanya yang basah
Hujan sedang bermanja dengan senja, Dan di bawah eternit sempit, Kamu terus berbicara tentang dia, Sedang aku sibuk mendengarnya Kamu terus bercerita tentang dia, Sedang aku menganggukan kepala Hujan reda pada senja yang menua, Lalu kamu pamit pergi menjemputnya Bagiku, Hujan tak pernah reda, Hanya jatuh di tempat yang berbeda, Hati yang jelaga